Pengalaman Tinggal di Gotham City

Posted by Dana On 07:22 No comments

Berawal dari sekedar membaca komentar-komentar di Forum Kaskus, saya menemukan istilah menarik dari forum tersebut yaitu Gotham City. Gotham City adalah sebuah kota fiktif dari cerita komik Batman, suatu kota tempat berkumpulnya penjahat-penjahat dari kalangan ekonomi bawah. Namun, pada komentar-komentar tersebut sebenarnya ditujukan untuk menyindir salah satu kota terbesar di Indonesia yaitu Kota Medan. Apabila saya mengingat-ingat masa lalu saya, tampaknya istilah tersebut tidak salah. Kota Medan memang seperti Gotham City.

Suatu hari saya mendapatkan tawaran pekerjaan untuk mengurus logistik sebuah perusahaan di Kota Medan. Tawaran yang sangat menarik ini tidak saya sia-siakan, berhubung saya juga membutuhkan pengalaman kerja. Orang tua saya bukan keturunan asli dari Sumatera Utara tetapi dilahirkan di Kota Medan. Kakek dan nenek saya berasal dari Jawa Tengah dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya di Kota Medan. Orang tua saya juga kurang terbuka tentang tempat kelahirannya. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk pergi mencari tahu sendiri. Kemudian saya berangkat menggunakan maskapai penerbangan termurah merek singa.

Setelah sampai di Bandara Kualanamu, saya langsung menuju ke lokasi kerja untuk mempelajari apa saja yang harus dikerjakan agar tidak kaget dan bingung. Sampai diproses ini belum ada gejala-gejala aneh. Saya masih merasa seperti di Pulau Jawa. Masyarakatnya ramah dan tidak sulit untuk diajak berbincang-bincang. Makanannya pun termasuk murah-murah, hanya saja rata-rata terlalu pedas untuk lidah Jawa seperti saya. Namun semuanya berubah setelah sekelompok orang mengaku atas nama ormas berinisial PP datang menghampiri aktivitas penurunan barang di truk kami. Mereka bertanya-tanya (kepo) sedang membawa apa dan berapa harga per unitnya. Kemudian mereka melobi saya bahwa saya harus membayar sejumlah uang. Mereka bilang bahwa hal ini sudah biasa di Kota Medan. Dalam hati saya, mereka ini kelompok apa? Seumur hidup saya belum pernah mengalami jika menurunkan barang dari truk harus membayar. Di kota kelahiran saya memang ada ormas PP tetapi tidak sampai mengganggu lingkungan saya tinggal dan tidak mengganggu aktivitas bisnis menengah ke bawah. Supir truk yang warga lokal memberi tahu saya bahwa kondisinya memang seperti ini, orang pindah rumah pun akan diminta sejumlah uang. Jika tidak memberi, mereka akan melempari kaca rumah pada malam harinya. Saya berpikir, super sekali orang-orang ini. Mungkin penyebabnya ada pada budaya malas kerja yang telah berakar dan diwariskan ke anak cucu sehingga mereka terbiasa menggunakan kelompoknya untuk menekan orang lain. Begal motor pun bisa leluasa melancarkan aksinya pada malam hari. Masyarakat menjadi takut apabila keluar pada tengah malam. Aparat keamanan di Kota Medan memang sangat super sekali.

Sampai hari ini saya masih merasa sedikit jengkel bila ingat dengan ulah mereka. Saya hanya berharap ada superhero seperti Batman yang dapat mengawasi dan menekan aktivitas merugikan mereka. Saya sangat mendukung apabila para mantan anggota Kopassus yang terlibat pada kasus Cebongan menjadi aktivis penentang aktivitas premanisme.

0 komentar:

Posting Komentar