Perlukah Adanya Revolusi di Malaysia?

Posted by Dana On 02:34 No comments

Indonesia sebagai negara tetangga Malaysia pernah mengalami revolusi besar-besaran. Sampai saat ini pun revolusi di Indonesia belumlah selesai, masih membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai kondisi ideal yaitu negara adil dan makmur. Adapun revolusi di Indonesia menurut saya terbagi menjadi tiga.

Revolusi nasional adalah usaha-usaha untuk mengambil alih kedaulatan negara dari penjajahan bangsa barat. Revolusi pertama ini yang paling berat. Tidak sedikit nyawa dan harta yang dikorbankan. Segenap Rakyat Indonesia mati-matian berusaha merebut dan mempertahankan kemerdekaan, baik dari segi diplomasi maupun militer.

Setelah kemerdekaan berhasil dipertahankan, Bangsa Indonesia kembali harus dihadapkan oleh ujian baru yaitu jatuhnya pemerintahan ke tangan diktator orde baru. Kediktatoran ini tentunya mendapat perlawanan dari aktivis-aktivis yang menginginkan sistem pemerintahan yang mendukung penuh demokrasi. Perjuangan revolusi pemerintahan akhirya berhasil diwujudkan pada tahun 1998, tentunya proses revolusi ini juga memakan korban jiwa dari para aktivis. Dengan cepat dan sigap, Presiden B.J. Habibie segera menghapus undang-undang yang merugikan rakyat dan menerbitkan undang-undang baru yang pro-rakyat. Jadi, alangkah bodohnya Zainuddin Maidin menilai Presiden Habibie sebagai anjing penjajah. Berkat jasa Presiden Habibie pula sebagai landasan sehingga Bangsa Indonesia bisa lepas dari bayang-bayang Amerika Serikat. Freeport pun sekarang siap ditendang kapan saja bila meraka berulah.

Meskipun hak-hak warga negara telah dijamin oleh undang-undang, revolusi pun masih terus berlangsung dan memasuki tahap ketiga yaitu revolusi mental. Jargon ini pertama kali dicetuskan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pengungkapan kasus korupsi, suap, dan politik tidak sehat seakan menjadi makanan sehari-hari bagi Masyarakat Indonesia sampai saat ini.

Pemerintahan diktator hanya akan menghasilkan kegagalan di masa depan. Dalam pemerintahan diktator, korupsi dapat dilakukan dengan rapi dan sistematis sehingga seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kasus 1MDB hilang begitu saja tanpa pengadilan yang transparan, mungkin bisa saja nanti ada lagi kasus serupa yang melibatkan perdana menteri selanjutnya misalnya 1MDB-V2, 1MDB-V3, 1MDB-V4, dan seterusnya. Kondisi ini sebenarnya bagai memasukan bom waktu ke dalam celana. Hanya tinggal menunggu waktu, bom tersebut akan meledak dan tercecernya isi perut. Perekonomian akan kacau (chaos), konflik sosial dimana-mana, dan stabilitas keamanan negara menjadi terganggu.

Kondisi-kondisi ekstrim yang dialami Rakyat Indonesia di atas tentunya tidak pernah dialami oleh Rakyat Malaysia, mengakibatkan mereka tidak tahu harus mulai dari mana. Rakyat Malaysia belum pernah mengalami kekacauan (chaos) dalam kehidupan bermasyarakat seperti di Indonesia. Terkait dengan judul di atas sebenarnya revolusi di Malaysia belum perlu dilakukan saat ini karena kondisi perekonomian dan sosial masih cukup stabil. Kemudian, juga didukung oleh sedition act membuat Pemerintah Malaysia dengan mudah meredam gejala-gejala revolusi. Stabilnya perekonomian dan kondisi sosial saat ini juga pasti membuat mayoritas Rakyat Malaysia berpikir 1000 kali (takut mati) untuk melakukan revolusi pemerintahan secara sempurna, apalagi jika perut dalam keadaan kenyang (penuh). Gerakan bersih tidak akan mencapai apa-apa meskipun sampai pada versi Bersih 100.0. Revolusi tidak bisa dilakukan dengan setengah hati, seluruh elemen masyarakat harus turut andil. Seniman pun bisa ikut berjuang dengan cara membuat lagu-lagu sindiran untuk pemerintah misalnya seperti yang dilakukan oleh Iwan Fals. Suka atau tidak revolusi akan selalu memakan korban jiwa, apalagi jika yang dilawan adalah pemerintahan diktator dan tirani.

0 komentar:

Posting Komentar